Adsense

Jumat, 28 Februari 2014

Persaingan ketat, bisnis kebab tetap pekat

KEBAB sudah cukup akrab di lidah masyarakat Indonesia. Tengok saja, sudah banyak bisnis kuliner yang menjajakan menu khas Timur Tengah ini. Peluang bisnis makanan berupa hidangan daging panggang atau bakar ini memang selezat rasanya. Ini terbukti dengan bermunculan berbagai usaha yang mengangkat nama kebab sebagai menu utama. Tak ayal, banyak bisnis kebab menawarkan kemitraan, yang membuat kebab semakin dikenal hingga ke daerah-daerah.
Namun, banyaknya pemain yang bertarung dalam bisnis kebab membuat persaingan semakin tinggi. Para pemilik usaha kebab harus menerap  strategi yang tepat untuk memenangkan persaingan. Bagaimana prospek bisnis ini? Berikut ulasan KONTAN terhadap tiga kemitraan kebab yaitu Zahfy Kebab, Kebab Kings, dan Corner Kebab.
n Zahfy Kebab
Zahfy Kebab berdiri di tahun 2009. Tak hanya kebab, Zahfy Kebab juga menawarkan burger dan roti maryam. Pada awal 2010, Hefni Tri Sriyantono, pemilik Zahfy kebab, mulai menawarkan kemitraan. KONTAN telah mengulaskemitraan usaha kebab yang ada di Bekasi ini pada Februari 2012. Kala itu, jumlah gerai mereka sebanyak 28 gerai dengan 10 gerai milik sendiri dan sisanya milik mitra. Saat ini, gerai telah bertambah menjadi 45 gerai. Rinciannya,  dua gerai milik pribadi dan sisanya milik mitra.
Manager Operasional Zahfy Kebab, Hendra menjelaskan, mereka sengaja mengurangi kepemilikan pribadi karena ingin fokus mengembangkan gerai untuk mitra. Ada sedikit perubahan tawaran kemitraan. Sejak akhir tahun lalu, mereka hanya menawarkan tiga model investasi yaitu paket booth Rp 30 juta, paket outlet Rp 45 juta dan paket foodcourt Rp 65 juta. Sebelumnya, Zahfy kebab mempunyai enam pilihan model investasi.
Sejak akhir 2012, Zahfy Kebab juga telah menghapuskan sistem biaya royalti sebesar 3,5%. Alasannya, karena ini tidak menguntungkan mitra.
Omzet yang didapatkan dari bisnis ini lumayan, yaitu sekitar 30 juta per bulan dengan laba bersih sebesar 30%-40% dari omzet. Sehingga, hitungan Hendra para mitra bisa balik modal sekitar 8-11 bulan.
Akhir tahun lalu, Zahfy Kebab mengeluarkan dua menu baru yaitu Nasi Goreng Kebab dan Mie Goreng Kebab. Sehingga, saat ini Zahfy Kebab menjual delapan menu di gerainya. Adapun harga menu mengalami kenaikan dari kisaran Rp 9.000-Rp 11.000 menjadi Rp 12.000- Rp 20.000.
n Kebab Kings
Bisnis kebab ini dirintis Bobby Hendrawan sejak 2006 di Surabaya. Untuk membesarkan kebab Kings, Bobby mulai menawarkan peluang kemitraan di 2007.
Ketika KONTAN mengulas kemitraan ini pada awal 2013, sudah tercatat sebanyak 365 gerai kebab Kings yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Rinciannya, sebanyak 20 gerai di antaranya milik Bobby dan sisanya milik mitra.
Seiring berjalannya waktu, jumlah gerai Kebab Kings bertambah sekitar 135 gerai yang tersebar di kota-kota besar Indonesia. Sehingga, total gerai Kebab Kings sekitar 500 gerai. "Pusat punya sekitar 50 lebih gerai baru," kata Bobby.
Ia bilang, pertumbuhan pesat jumlah gerai lantaran promosi tim manajemen hingga saat ini yang lumayan gencar. Selain promosi di internet,  Kebab Kings sering mengikuti pameran-pameran waralaba hingga saat ini.
Di tahun 2013, Bobby menawarkan empat paket investasi, yakni, paket gerobak senilai Rp 35 juta, booth Rp 40 juta, paket kios Rp 50 juta, dan paket motor roda tiga seharga Rp 55 juta. Saat ini, nilai investasi untuk menjadi mitra Kebab Kings sudah meningkat. Untuk masing-masing paket, ada kenaikan biaya sebesar Rp 5 juta. Jadi, paket investasi Kebab Kings kini berkisar Rp 40 juta-Rp 60 juta.
Meski demikian, harga jual produk ke konsumen tidak naik, yakni di kisaran harga Rp 12.000-Rp 15.000 per porsi. Namun, harga jual bisa lebih mahal di lokasi tertentu, seperti Papua, yang bisa mencapai Rp 20.000 per porsi.
Bobby mengklaim, tiap gerai bisa meraup omzet berkisar Rp 15 juta-Rp 60 juta per bulan. Ia menargetkan, awal tahun ini, jumlah gerai Kebab Kings akan bertambah menjadi 800 gerai. "Saya ingin, gerai kebab Kings tidak saja berada di kota-kota besar, tapi juga mencapai pelosok daerah," ucap Bobby.
Meski persaingan kian ketat dengan banyaknya pemain baru, namun Bobby masih yakin, karena bisnis kebab di Indonesia masih cukup menjanjikan.
n Kebab Corner
Kebab Corner dirintis oleh Ardiansyah Murdiawan Saputra sejak Agustus 2007. lantas pada Juli 2008, ia mulai menawarkan sistem kemitraan bagi masyarakat.
Usaha yang bermarkas di Komplek Ruko Ogie Plaza, Pamulang, Tangerang Selatan ini mampu berkembang. Ketika KONTAN mengulas tawaran kemitraan ini pada April 2013, Kebab Corner baru memiliki 350 gerai, yakni 15 gerai milik pusat dan sisanya milik mitra. Kini, total jumlah gerai bertambah menjadi 400 gerai. Rinciannya, 70 dikelola pusat dan sisanya sebanyak 330 gerai dimiliki mitra.
Ardiansyah mengatakan, perkembangan Kebab Corner yang lumayan ditandai dengan pertambahan gerai yang cukup cepat, tidak lepas dari  upaya inovasi dan terus mengontrol mitra. Selain itu, ia juga terus meningkatkan pelayanan pada konsumen serta menjalin hubungan yang baik dengan karyawan. "Kita menjalin hubungan baik dengan karyawan karena mereka adalah aset kita," tutur Ardian.
Inovasi yang dilakukan Kebab Corner adalah dengan menggunakan outlet berbahan 100% stainless steel dan meluncurkan menu-menu baru dan mengganti menu lama yang sudah tidak terlalu diminati pelanggan.
Awal tahun 2014, Ardian meluncurkan menu baru yaitu Burger Duo yang terdiri dari daging sapi dan ayam. "Pelanggan yang ingin menikmati dua macam daging dalam satu menu bisa memilih ini," ujarnya.
Selain itu, Ardiansyah juga terus berusaha menjaga kepercayaan klien dan komitmen untuk membantu jika mitra mengalami kesulitan.
Paket investasi yang ditawarakan Kebab Corner masih sama seperti tahun lalu senilai Rp 40 juta. Ardian belum berencana menaikkan paket investasi karena hal itu akan berpengaruh pada target balik modal mitra. Menurut dia, tidak bagus bagi perkembangan usaha jika mitra harus balik modal di atas dua tahun. "Oleh karena itu kita tidak berencana menaikkan harga paket investasi," kata dia.
Namun, untuk mengimbangi kenaikan harga bahan baku dan biaya operasional, Kebab Corner terpaksa menaikkan harga jual sekitar Rp 1.000- Rp 2.000 per menu. "Kalau cuma bahan baku yang naik tidak masalah. Tapi karena biaya operasional yang kita keluarkan untuk pegawai semakin besar jadi terpaksa menaikkan harga jual," jelasnya.
Sepanjang tahun 2013, Ardian  tidak banyak melakukan kegiatan promosi. Ia lebih fokus pada perbaikan dari sisi internal untuk memperkuat manajemen perusahaan. "Kalau tahun 2012 kita banyak mengikuti pameran.  Tapi di tahun 2013 kita lebih fokus memperbaiki sistem seperti membuat pusat pelatihan," tuturnya.
Ardian mengatakan, kedepan Kebab Corner masih akan terus melakukan inovasi baik dari sisi infrastruktur, produk, sistem dan Sumber Daya Manusia (SDM). Tahun ini ia menargetkan memiliki hingga 500 mitra. “Tahun 2012 sistem kemitraan kami bagi hasil syariah, tahun kita akan lebih fokus mengembangkan mitra mandiri,” ujar dia.      
Meski berasal dari Timur Tengah, kuliner kebab sudah banyak dikenal masyarakat Indonesia. Kuliner berbasis daging ini cukup popular di Indonesia. Meski ada pandangan   bisnis kebab sudah mulai jenuh, kenyataannya gerai-gerai kebab terus bermunculan. Para pemilik kemitraan kebab terus menambah mitra mereka.
Pengamat waralaba, Amir Karamoy menilai bahwa prospek bisnis kebab masih cukup menarik. Namun, ia juga tidak menutup mata bahwa persaingan antar pemain cukup ketat. Apalagi, beberapa gerai kebab berada pada lokasi yang berdekatan. Ini tentu harus menjadi perhatian para pelakunya. “Sebenarnya, perbandingan antara gerai yang menjual kebab dengan jumlah penduduk Indonesia masih terlampau jauh. Jadi pangsa pasar masih ada,” ujarnya.
Amir bilang, di beberapa pelosok, kebab belum terlalu populer. Artinya, daerah-daerah tersebut bisa dijadikan pangsa pasar yang baru. Ia juga menuturkan bahwa bisnis kuliner butuh waktu yang sangat lama hingga bisa jenuh. Di sisi lain, tentu saja pemilik usaha harus terus berinovasi untuk membesarkan usaha. “Dalam hal ini, inovasi rasa atau menu bisa jadi fokus agar konsumen tetap tertarik menikmati kebab,” tandasnya.
Ia menyoroti kebab Baba Rafi yang masih memimpin pasar hingga saat ini. Menurut Amir, usaha kebab yang lain pun seharusnya terpacu bukan hanya mencuil kue bisnis, tapi bisa merebut pasar. Selain inovasi, konsistensi kualitas, baik dalam hal rasa dan pelayanan pun harus terus ditingkatkan jika ingin bisnis kebab terus berjaya. sumber : Kontan.co.id

Selasa, 25 Februari 2014

Menunggu aroma ROTI dari tungku pabrik baru

JAKARTA. PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) berencana mengoperasikan pabrik baru di kuartal I-2014. Pabrik yang berlokasi di Cikande, Purwakarta ini akan menambah jumlah lini produksi ROTI, dari semula 25  lini menjadi 29 lini produksi.

Dengan tambahan pabrik baru itu, ROTI menargetkan kapasitas produksi naik sekitar 26,47% dari kapasitas produksi sebelumnya, menjadi 4,3 juta roti per hari. Analis PT Sinarmas Sekuritas, Christandi Reza Mihardja menyatakan, pengoperasian pabrik baru ini dapat memberikan tambahan pemasukan hingga 20%.

Lokasi pabrik yang berada di Cikande, menurut Christandi, akan lebih menjangkau kebutuhan roti di daerah Jawa Barat secara lebih luas. ROTI tak harus mengandalkan pabrik yang berada di Karawang dan Cibitung.

Pendapatan ROTI di kuartal II dan III tahun 2013 memang sempat menurun karena terjadi pemogokan pekerjanya. Namun, Christandi optimistis, pendapatan ROTI sepanjang tahun lalu bisa mencapai Rp 1,5 triliun atau sesuai target perusahaan. Adapun, laba bersih ROTI diprediksi menyentuh Rp 150 miliar.

Tahun lalu, ROTI harus menanggung tingginya beban usaha. Nah, pada tahun ini  ROTI akan menghitung kembali harga jual produknya sehingga bisa mempertahankan margin.

Dengan penambahan kapasitas produksi serta kenaikan harga produk, Christandi memperkirakan, pendapatan ROTI tahun ini akan meningkat sekitar 20% menjadi Rp 1,8 triliun. Sedangkan, laba bersih juga diprediksi meningkat 20% menjadi Rp 180 miliar.

Analis Andalan Artha Advisindo Securities, Marlene dalam risetnya, 11 November 2013, menyebutkan, ROTI memang membukukan kenaikan penjualan di kuartal III-2013 sebesar 23,4% year on year (yoy). Namun, laba bersih turun menjadi 6,4% yoy menjadi Rp 91 miliar.

Faktor yang menyebabkan penurunan laba, salah satunya adalah kenaikan biaya produksi. "Kami yakin, kemunduran ini hanya sementara," katanya. Sebab, ROTI telah menyiasati dengan menambahkan lini produksi  dan meningkatkan harga jual.

Penjualan ROTI di kuartal III-2013 meningkat 23,4% yoy menjadi Rp 1,05 triliun, atau telah memenuhi 65,6% dari ekspektasi pendapatan tahun 2013 yang sebesar Rp 1,6 triliun. Penjualan roti manis dan roti tawar tetap memberikan kontribusi yang cukup tinggi yakni 50,9% dan 48,4%.

Marlene memprediksikan, ROTI akan kembali menggenjot pertumbuhan produksi dengan menambah lini produksi dari pengoperasian pabrik baru. Selanjutnya, ROTI berencana membuka 5 lini hingga 10 lini produksi setiap tahun mulai tahun 2014. Kebijakan harga yang fleksibel juga dinilai baik untuk mengantisipasi kenaikan biaya yang tidak terduga.

Marlene merekomendasikan buy saham ROTI dengan target harga Rp 1.440 per saham. Demikian juga dengan Christandi yang merekomendasikan buy saham ROTI dengan target harga Rp 1.330 per saham.

Pun begitu, analis Danareksa Sekuritas, Lonnie Yu menyarankan buy saham ROTI dengan target harga Rp 1.400 per saham. Kemarin (10/2), harga saham ROTI undur diri di posisi Rp 1.095 per saham. Harga itu turun 3,95% dari harga ROTI pada akhir pekan lalu sebesar Rp 1.050 per saham.

Sabtu, 22 Februari 2014

Bisnis Molen Arab Bisa Hasilkan Omzet Rp 100 Juta per Bulan

Meskipun usahanya belum genap setahun, namun omzet makanan bernama 'Molen Arab' yang dijual oleh Syaiful Burhan sudah mencapai Rp 100 juta /bulan. Padahal usaha ini diawali karena terdesak harus membayar uang kost.
Seperti diketahui, 'Molen Arab' ini merupakan pisang molen atau pisang yang diselimuti adonan tepung, namun bedanya ukurannya sangat besar. "Nama Molen Arab karena bentuknya besar, jadi saya beri nama Molen Arab," ujar Syaiful dalam acara Wirausaha Muda Mandiri di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (17/1/2014).
Usaha Molen Arab ini dimulai Syaiful pada April 2013 untuk membayar uang kost karena malu meminta kepada orangtua. "Tapi karena uang saya juga mepet, saya terpaksa untuk meminta uang ke orangtua untuk bayar kost. Dalam hati saya berkata, saya tidak mungkin untuk selalu minta uang ke orang tua. Akhirnya uang untuk bayar kost saya putar dulu untuk memulai usaha," kata Syaiful.
Remaja berusia 20 tahun ini merupakan mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Usaha Molen Arab ini dimulainya di wilayah Medan. Syaiful mengaku, pisang molen merupakan salah satu makanan kesukaannya. Namun dia ingin membuat pisang molen berukuran besar yang kenyang sekali makan.
"Resep saya cari dulu di internet kemudian saya modifikasi sendiri. Sempat 5 kali gagal dalam percobaan. Begitu hasilnya lumayan, saya langsung produksi 50 buah dan saya jual ke teman kampus. Dalam waktu kurang dari 1 jam habis!" tutur Syaiful.
Modal awal Syaiful mendirikan usahanya adalah Rp 1,8 juta dengan 3 orang pegawai. Dalam seminggu, produksi Molen Arab mencapai 400 buah yang laris manis. Bahkan pada Mei 2013 lalu, Syaiful sudah bisa membayar gaji pegawai, kost, dan membeli motor sendiri secara tunai.
Bulan kedua, lanjut Syaiful, dirinya berani menjalankan sistem agen untuk menjual Molen Arab, dan bisa memproduksi 1.000 buah per hari, hingga omzetnya Rp 100 juta per bulan.
"Saat ini saya sudah total ada 16 pegawai. Dan pada bulan Februari besok sudah ada 26 orang karyawan yang sudah siap membantu dan mengembangkan Molen Arab. Sementara ini masih kami jual di Medan, tapi nanti akan saya kembangkan ke yang lain juga. Sekarang fokus dulu di Medan," cetusnya.
Apa yang jadi kunci sukses Syaiful dalam mengembangkan usahanya?
"Kunci sukses saya adalah jangan menyerah dan harus berani mencoba hal baru. Saya sendiri kelahiran di Jawa kemudian besar di Papua, kemudian sekolah SMP dan SMA di Bogor. Sekarang saya kuliah di USU Medan. Daru kelas 2 SD saya sudah jauh dari orangtua. Sekarang orangtua saya ada di Papua sementara saya di Medan. Semua usaha itu harus diawali dengan nekad dulu. Dan tentunya berani mengorbankan yang lain," papar Syaiful bersemangat. (detik.com/bn)

Rabu, 19 Februari 2014

YUK...BERBISNIS KUE TRADISIONAL

Di tengah serbuan makanan cepat saji dan restoran modern, bisnis kue tradisional masih menjanjikan. Potensi pasarnya besar dan tak lekang oleh zaman. Tapi, ada resep yang harus dicermati agar usaha itu bisa tumbuh dan berkembang.
Selain pakaian, salah satu ladang bisnis yang menjanjikan dan tak pernah sepi dari serbuan konsumen adalah bisnis kuliner. Kondisi ini didukung oleh banyaknya jumlah penduduk dan gaya hidup modern yang menuntut kecepatan dan serba praktis. Alhasil, gerai-gerai makanan terus bermunculan di sepanjang jalan bak cendawan di musim hujan.
Bisnis kuliner yang paling kentara berkembang biak dalam beberapa tahun terakhir ini adalah jenis makanan modern yang mengusung embel-embel "cepat saji". Makanan ini seperti burger, piza, pasta, dan donat.  Meski begitu, makanan atau kue-kue tradisional tak pernah kehilangan pamor dan pasarnya. Lihat saja, penganan lokal itu tak hanya bisa dijumpai di pasar tradisional namun juga di pusat perbelanjaan modern seperti mal dan supermarket.
Maklum, bagaimanapun rasa kue tradisional paling sesuai dengan lidah orang Indonesia. Peluang bisnis makanan tradisional masih terbuka lebar lantaran negara ini terdiri dari banyak daerah dan beragam suku. Dan, setiap daerah itu punya makanan tradisional dengan ciri khasnya.
Di sisi lain, mayoritas masyarakat negara ini senang merantau ke daerah lain. Otomatis, di tanah perantauan, orang tetap mengingat kampung halamannya. Salah satu obat penyalur rasa kangen tersebut mencicipi penganan tradisional dari daerah asalnya tersebut. Biasanya permintaan makanan tradisional akan meningkat pesat pada momen-momen tertentu, seperti bulan Ramadan.
Meski begitu, sesuai dengan semboyan negara ini, yaitu Bhinneka Tunggal Ika, makanan tradisional dari daerah lain juga tak asing dan bisa dinik-mati oleh orang dari daerah lain. Misalnya: tahu petis, batagor, pempek palembang, atau bakso tahu, yang menjadi penganan favorit banyak orang dari berbagai daerah.

Untuk memulai bisnis penganan tradisional itu tidak susah. Anda dapat mengetahui cara pembuatannya secara mudah melalui buku, majalah, atau internet. Sedangkan bahan bakunya bisa diperoleh dari pasar tradisional. Namun, jika ingin menjaga kualitas dan rasa, Anda bisa mendatangkan langsung bahan bakunya dari daerah asal makanan tradisional itu.
Bahkan, jika tidak sempat atau tak mampu membuatnya sendiri, Anda bisa mengambil penganan tradisional itu langsung dari pembuatnya untuk kemudian dijual kembali kepada konsumen. Keuntungannya, Anda tidak perlu repot berbelanja hingga mengolah bahan baku menjadi penganan.
Selain itu, Anda terbebas dari risiko menanggung kerugian akibat kudapan itu tidak laku atau basi. Soalnya, rata-rata kue tradisional itu adalah kue basah yang tidak tahan lama dan cuma awet dalam hitungan hari. Nah, untuk mencegah risiko itu, Anda bisa membuat perjanjian dengan pemasok. Jadi, Anda membayar sebagian belanjaan di belakang sekaligus mengembalikan camilan yang tidak habis terjual.
Keuntungan lainnya, seperti sudah menjadi rahasia umum, pedagang bisa memungut untung lebih tinggi ketimbang pembuat penganan. Produsen yang menjual penganannya ke pedagang biasanya cuma mengambil untung bersih 10%25% dari harga jualnya. Adapun pedagang bisa menjual 40%100% di atas harga beli kepada para konsumen.
Meski terlihat menjanjikan, bukan berarti mudah mereguk keuntungan dari bisnis kue tradisional. Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan agar bisa meraup keuntungan sebasah penganannya.

Lokasi dan modal
Dalam bisnis kuliner, lokasi merupakan salah satu faktor utama meraih kesuksesan. Lokasi  menunjukkan segmen pasar yang akan dibidik. Selain itu, lokasi menentukan besaran modal yang harus disiapkan, penganan yang disediakan berikut kisaran harga dan margin.
Nah, untuk memilih lokasi yang tepat dibutuhkan survei terlebih dahulu. Tujuannya untuk mengetahui potensi pasar dan memastikan makanan yang dijajakan itu sesuai dengan kebutuhan masyarakat di sekitarnya. Survei juga bertujuan mengetahui kondisi persaingan di area tersebut. Maklum, persaingan ketat membuat bisnis yang baru dirintis akan sulit berkembang.
Pilihan lokasi untuk menjajakan kue tradisional adalah di pasar tradisional, pusat perbelanjaan modern atau mal, gerai lepas di pinggir jalan raya, atau ruko di kompleks perumahan. Setiap lokasi itu tentu memiliki hitungan biaya yang berbeda-beda.
Untuk sewa gerai di pusat perbelanjaan modern, misalnya, Anda mungkin harus mengeluarkan uang Rp 4 juta hingga Rp 8 juta per bulan. Selain itu, Anda mungkin harus mengeluarkan biaya tambahan untuk merenovasi sedikit gerai tersebut agar terlihat lebih menarik. Anda juga perlu merogoh kocek untuk menyiapkan etalase serta membeli peralatan, seperti nampan dan pisau.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah konsep yang diusung pusat perbelanjaan tersebut. Konsep yang tidak sesuai cenderung membuat pengunjung enggan memilih produk yang Anda tawarkan.
Sementara kalau memilih di pasar tradisional maka biaya yang dikeluarkan tentu lebih murah. Sebab, biaya sewa lapak murah dan tidak perlu melakukan renovasi. Keunggulan pasar tradisional adalah pengunjungnya selalu ramai sehingga bisa beroperasi lebih lama.

Pasokan
Dalam usaha dagang apa pun, dituntut kejelian untuk membaca selera pasar. Begitu pula dalam usaha kue tradisional ini. Jenis makanannya harus sesuai dengan segmen pasar yang dituju agar dagangan itu laris.
Ketika mengawali usaha, Anda mungkin masih meraba-raba selera pasar. Nah, tidak ada salahnya menjajakan ragam kue yang cukup banyak. Anda bisa mendapatkan ragam kue itu dari sejumlah pemasok secara kulakan.
Konsekuensinya, Anda perlu menyiapkan dana lebih banyak saat memulai usaha tersebut. Namun, seiring berjalannya waktu, Anda tentu bisa mengetahui jenis penganan yang paling banyak disukai oleh konsumen. Nah, ragam kue itulah yang lebih banyak dijajakan sehingga dagangannya laris.
Yang terpenting, dalam berhubungan dengan pemasok, Anda harus menjaga mutu dagangan. Buatlah perjanjian yang jelas dengan pihak pemasok. Selain itu, Anda perlu juga memastikan kelangsungan pengadaan ragam kue tersebut dari si pemasok. Jangan sampai pelanggan kecewa lantaran kue-kue favoritnya raib dari gerai lantaran pasokannya terhenti.
Keberlangsungan pasokan tidak menjadi kendala bila Anda memutuskan untuk memproduksi sendiri kue tradisional itu. Konsekuensinya, Anda repot menyiapkan kue itu sejak dari mencari bahan baku, memasak, hingga menjualnya.

Harga dan pemasaran
Harga jual barang dagangan tidak sekadar ditentukan oleh ongkos produksi dan hitung-hitungan keuntungan yang ingin diraup. Harga juga mencerminkan target pasar yang dibidik. Harga tinggi tentu tidak cocok untuk semua kalangan masyarakat. Sementara harga yang rendah akan membuat segmen pasar yang dibidik bisa semakin luas.
Nah, dalam bisnis kue tradisional ini, Anda tidak bisa bermain-main dengan harga tinggi  untuk meraih segmen pasar menengah-atas. Pasalnya, banyak pelaku usaha bisnis kue tradisional ini menawarkan harga murah, terutama di pasar-pasar tradisional.
Lantaran banyak pemain yang menawarkan harga murah, Anda harus mempromosikan usaha tersebut agar dikenal oleh masyarakat. Masalahnya, mempromosikan usaha kue tradisional itu susah-susah gampang. Maklum, tidak terlalu banyak ruang untuk mempromosikan penganan ini. Salah satu yang mungkin bisa ditempuh adalah mengikuti berbagai pameran, baik yang digelar korporasi atau instansi pemerintah.
Promosi juga bisa dilakukan melalui jejaring sosial, seperti Facebook dan Twitter. Maklum, interaksi masyarakat di dunia maya saat ini semakin meningkat. Dus, promosi melalui jalur ini dinilai cukup efektif. Apalagi, biaya yang harus dikeluarkan tidaklah besar.
Untuk memudahkan pelanggan mengingat produk yang dijajakan, bisa juga memodifikasi bentuk kue tradisional. Cara lainnya adalah membuat kemas-an yang menarik. Strategi ini bisa membedakan dagangan Anda dengan pemain lainnya dan memikat mata konsumen.
Nah, setelah berpromosi, proses pemasaran produk ini semakin gampang karena sudah banyak yang mengenal jualan Anda. Untuk menggenjot pemasaran, Anda bisa mengaktifkan layanan antar alias delivery order. Agar bisa memberikan jasa ini dan menguntungkan, Anda perlu mematok pembelian minimal. Jangan lupa, layanan delivery berarti tambahan biaya.
Setelah usaha berjalan, jangan lupa menjaga  komunikasi dengan para pelanggan lama. Pasalnya, permintaan kue tradisional memang tinggi tetapi permintaan tersebut belum tentu datang setiap hari. Nah, jika menjaga komunikasi dengan pelanggan lama maka mereka akan memiliki loyalitas dengan penganan yang Anda jual. (as/kontan)